"Beda kepala ya beda pemikiran, beda pandangan, dan beda prinsip. Untuk itulah 'terkadang' kita tidak bisa memaksakan standart kita sendiri pada orang lain, kecuali standart tersebut sudah baku di masyarakat (peraturan, norma, dsb)."
Pernah gak sih kita dengar pertanyaan atau pernyataan dari orang lain seperti ini:
"Udah besar kok masih suka nonton kartun!"
"Masa foto sosial media kamu pakai foto anime atau kartun, gak pakai foto wajah sendiri, kamu wibu ya?"
"Cowok kok perasaannya sensitif banget!"
"Cowok kok sukanya main boneka." atau "Cewek kok sukanya main robot-robotan."
"Kalau kamu suka ya langsung jadikan pacar aja, ntar ya kalau gak cocok ya tinggalin aja, kan ya masih pacaran aja toh, belum nikah."
"Masa udah kuliah gak pernah pacaran?"
"Kalau udah lulus SMA ya kerja aja, ngapain kuliah bebanin keluarga aja."
Dan masih banyak lagi omongan orang-orang yang secara tidak langsung maupun langsung memaksakan standart atau prinsip mereka sendiri pada orang lain.
Padahal seperti quotes di awal bahwa tiap orang mempunyai beda pemikiran, beda pandangan, dan beda prinsip. Kita masing-masing mempunyai pandangan berbeda-beda mengenai hidup, kesuksesan, pasangan, dll betul kan?
Memang terkadang kesan bagi orang yang mengatakan contoh-contoh di atas seperti memberi saran, tapi apakah tepat cara penyampaiannya? Atau justru bukannya memberikan saran, tapi malah men judge orang lain?
Itulah yang mungkin kita hadapi saat-saat ini, bahkan kita secara tidak langsung (tanpa kita sadari) pun juga berbuat demikian.
Pertanyaannya apakah orang lain bisa menerima standart atau prinsip yang kita punya? Ohh ya kalau suka ya didengerin dan dilakuin, kalau gak suka ya gak usah di dengerin aja omongannya, beres! No! Justru semakin kamu menutup telinga terhadap orang-orang yang seperti ini, semakin lantang mereka mengucapkan hal yang sama, dan tak jarang nantinya hal tersebut akan berubah menjadi bullying. Dan tentu kita tahu apa dampaknya jika sudah menjadi bullying.
Untuk itu sebenarnya saya sendiri tidak bisa menemukan bagaimana caranya untuk menghindari omongan-omongan orang seperti ini karena beneran semakin kita menghindar, justru omongan-omongan yang sama itu akan selalu muncul di sekitar kita, betul? Dan percayalah orang-orang yang seperti itu juga banyak beredar di sekitar kita.
Tapi di sini saya hanya mengajak kepada para pembaca untuk stop memaksa apa yang menjadi standart kita sendiri kepada orang lain karena belum tentu orang tersebut mau menerima yang menjadi standart kita, kecuali kalau standart tersebut sudah berbentuk peraturan atau norma (seperti hukum, peraturan tertulis, ajaran agama, dsb) yang memang sebagian besar orang setuju dengan adanya standart tersebut.
Gimana sih contohnya 'standart kita sendiri' yang dimaksud dari tadi? Ya kita ambil salah satu contoh di atas.
"Cowok kok perasaannya sensitif banget!"
Pertanyaannya emang cowok gak punya perasaan? Dan mana ada peraturan atau norma yang mengatakan bahwa cowok gak boleh sensitif atau mungkin istilah kekiniannya Baperan? Satu hal yang perlu diingat juga bahwa sensitif nya tiap orang pun juga berbeda-beda.
Contoh kamu mengatakan 'Kamu jelek' ke si A dan si B. Mungkin bagi A kamu mengatakan demikian adalah guyonan, tapi bagi si B kamu mengatakan hal tersebut itu suatu penghinaan. Atau dibalik misal kamu mengatakan 'kamu wibu' ke si A dan si B. Mungkin bagi A kamu mengatakan demikian itu suatu penghinaan, tapi bagi si B itu biasa saja. Nah dari sini aja kita sudah tahu sensitivitas tiap orang aja berbeda-beda dan kita juga tidak bisa langsung men judge si A dan B orangnya baperan kan? Karena apa? Ya karena mereka tersinggung karena tidak terima dengan perkataan kita, tapi apakah mereka tersinggung dengan semua perkataan kita? Kan tidak, hanya perkataan tertentu saja mereka tersinggung tentunya.
Maka dari itu pertanyaannya balik lagi mana ada suatu peraturan atau norma-norma yang mengatakan bahwa cowok gak boleh sensitif atau baperan? Tentu hal tersebut adalah standart dari kita sendiri karena masalah perasaan yang sensitif tidak mungkin bisa menjadi standart baku di masyarakat karena sensitifnya tiap orang aja berbeda-beda. Dan jika sudah tahu demikian apakah kita layak men judge orang lain bahwa orang tersebut baperan?
Sebenarnya banyak yang ingin dibahas tapi semoga para pembaca juga mengerti. Memberi saran itu penting, tapi penyampaiannya pun harus benar, dan jangan lupakan beri saran pun harus saran yang memang bisa diterima banyak orang. Jangan saran-saran yang hanya bisa diterima kita sendiri atau beberapa orang aja. Dan satu hal lagi jangan suka menghakimi orang lain sesuai standart yang kita miliki. Di negara hukum seperti negara kita sendiri aja, kita tidak diperbolehkan memukul maling begitu saja karena itu termasuk main hakim sendiri (padahal jelas bahwa maling melanggar norma hukum), apalagi kita yang menghakimi orang dengan standart yang kita buat sendiri.
At last, sebenarnya hal ini pun mungkin bagi beberapa dari kalian bisa di bilang lebay atau terlalu berlebihan, dan sebagainya. It's ok karena di sini aku juga tidak pernah memaksa kalian untuk menerima apa yang aku tulis di sini. Balik lagi bahwa setiap orang tentu punya persepsi yang berbeda-beda. Jadi aku hargai juga bagi kalian yang mungkin kontra dengan tulisan ini. Juga aku hargai bagi kalian yang pro dengan tulisan ini
Oke sekian tulisan ini. See you next post :)