Cerita di blog ini

Hawaphobia: First Fall in Love (1.Hari Sial)

        Alergi? Apa yang ada dalam pikiranmu mengenai alergi? Mungkin dalam pikiran kalian akan terlintas jenis-jenis alergi yang ada, mungk...

Sunday, June 19, 2016

Hawaphobia: First Fall in Love (3. Terpesona?)

       Bel istirahat berbunyi.

       Sebagian murid XI P-3 langsung turun ke bawah menuju kantin, sebagian yang lain masih berada di kelas, mereka semua masih asyik memotret catatan di papan tulis dengan Hp mereka masing-masing.

        Saat itu pula, Rito menutup buku catatannya dan berdiri dari bangkunya, tak ada sepatah kata ketika dia berdiri. Rito menghampiri Aurel di bangkunya. Mata Roberto melihat Rito menuju bangku Aurel dengan penuh tanda tanya.

       "Hey, Aurel," sapa Rito, "Gimana? Enak gak sekolah disini?"

       Aurel mengangkat kedua bahunya dan tampak senyum lebar di raut wajahnya.

         "Kan baru beberapa jam gue berada di sekolah ini," jawab Aurel.

         "Bener juga sih," kata Rito, "Yuk ke kantin! Gue bakal beritahu lo semua makanan yang enak di kantin sekolah ini," ajak Rito.

         "Ayo," jawab Aurel sambil berdiri dari bangkunya. Tiba-tiba, tangan kiri Aurel ditahan oleh tangan Dion. Dion berdiri dari bangkunya dan menatap tajam ke arah Rito.

        "Aurel, lo pergi ke kantinnya sama gue, ya? Gue bakal traktir lo semua makanan yang enak di kantin," kata Dion sambil menoleh ke Aurel.

        Aurel menggeleng-gelengkan kepalanya dan tangan kanannya menggandeng tangan kiri Rito.

       Dion menahan tangan kiri Aurel lebih erat. "Ayolah, Rel, pergi ke kantinnya sama gue, ya? Masa lo mau sih pergi sama anak kampungan seperti Rito gitu," kata Dion.

       Rito menoleh ke Dion dengan senyum sinis. "Apa? Lo bilang gue anak kampungan?" Tanya Rito dengan tatapan menantang.

        "Kenapa? Gak suka?" Kata Dion dengan tawa tipis. Teman-teman Dion mulai mengerumuni Rito dan Aurel.

        "Lo napa sih? Kok selalu suka cari masalah? Apa gak ada hal yang lebih penting bagi hidup lo, selain cari masalah?" Tanya Rito yang mulai emosi.

       "Ada satu hal di dunia yang lebih penting bagi hidup gue, selain cari masalah sama lo semua," kata Dion.

       "Apa itu?" Tanya Rito dengan serius. Dion menoleh ke arah Aurel dengan senyum tipis.

       "Mendapatkan bagian di hati Aurel," jawab Dion yang membuat semua kelas menoleh ke Dion, termasuk juga Roberto.

       Aurel mendongak kepalanya untuk melihat Dion dengan ekspresi tidak suka. "Apa yang lo bilang?" Tanya Aurel.

       Dion membalas dengan senyuman cool dan tangan kanannya hendak membelai rambut Aurel.

       Tanpa pikir panjang, Aurel langsung menepis tangan Dion dan menampar Dion dengan keras.

       "Mau ngapain lo? Gue masih bocah. Jadi lo gak usah berbuat aneh-aneh deh sama gue," kata Aurel sambil menggandeng tangan Rito.

        Aurel dan Rito segera keluar kelas, tanpa peduli dengan suara riuh di kelas. Teman-teman Dion segera berlari menghampiri Rito untuk menahannya, tapi Dion menghentikan mereka.

        "Tunggu waktunya!" Kata Dion pada teman-temannya sambil terus mengelus pipinya yang ditampar oleh Aurel deñgan senyum puas di wajahnya.

       Tamparan pertama dari gadis yang kucinta. Pikir Dion sambil senyum tipis mengingat kejadian tadi. Setelah itu, Dion mengajak teman-temannya untuk mengikuti Rito dan Aurel ke kantin.

                           ***

        Roberto merasa curiga dengan kedekatan antara Rito dan Aurel. Dia menutup buku catatannya dan berdiri dari bangkunya. Dia ikut turun ke kantin untuk stalker Rito dan Aurel.

        Roberto turun ke kantin sambil membawa novel di genggaman tangan kirinya. "Duh, kenapa masih sakit sih kaki gue?" Tanya Roberto sambil berjalan terseol-seol menuju kantin.

       Sesampainya di kantin, Roberto memilih salah satu bangku kosong di kantin, tepat dua bangku di belakang bangku Rito dan Aurel.

       Dia membuka novelnya yang digunakan sebagai media dalam stalkernya. Novelnya menutupi wajah Roberto, tapi pandangan dan pendengarannya tertuju pada Rito dan Aurel.

        "Gimana? Enak gak nasi rendangnya?" Tanya Rito sambil senyum puas melihat Aurel menyukai makanan yang dia beli.

         "Hmm ... baru pertama kali dalam hidup gue rasain makanan seenak ini," kata Aurel tersanjung.

         "Emangnya di Bandung, lo gak pernah makan kaya gini?" Tanya Rito penasaran sambil meminum jus anggur.

         "Gak pernah sih, lo tahu sendiri kan mama gue itu seperti apa?" kata Aurel diikuti dengan tawa kecil.

         Rito senyum puas melihat Aurel seperti itu. Mereka saling melempar senyum manis di wajah mereka masing-masing.

         Mereka sampai lupa bahwa seluruh isi kantin melihat mereka berdua dengan tatapan iri, termasuk Dion dan Roberto.

        Bel masuk pun berbunyi, Aurel segera menghabiskan nasi rendangnya, sedangkan Rito terus meneguk jus Anggurnya dengan cepat.

                            ***

       Pulang sekolah, seperti biasa Roberto memasukkan semua bukunya ke dalam tas dan segera menuju ke perpustakaan.

       Roberto membuka pintu perpustakaan dan terlihat Aurel sedang membaca buku di meja dekat rak buku yang isinya kebanyakan genre teenfiction.

       Aurel? Roberto merasa tidak percaya melihat keberadaan Aurel di perpustakaan. Aurel duduk sendirian di meja itu dengan membaca buku tebal dengan cover berwarna orange.

        Roberto cuek saja dan mengembalikan buku yang dia pinjam kemarin di perpustakaan. Sekali-kali, pandangannya tercuri untuk melirik Aurel di belakangnya.

       Sampai ...

      Pandangannya benar-benar terhenti untuk melihat Aurel yang sedang membaca buku itu. Roberto benar-benar merasa ada sesuatu yang berbeda ketika melihat Aurel.

      Aurel mengalihkan pandangannya dari buku karena terusik dengan keberadaan Roberto. Dia menatap mata Roberto yang memancarkan sinar kekaguman terhadap dirinya.

     Perasaan macam apa ini? Batin Roberto lagi. Sekarang, mereka berdua saling mencuri pandang dan memancarkan senyum di wajah mereka masing-masing. Mereka seakan-akan telah lupa dengan apa yang terjadi saat pagi tadi.

       Apakah ini yang namanya jatuh cinta? Batin Roberto.

       Bagi Roberto, ini adalah pertama kalinya dia terpesona dengan seorang cewek, apalagi cewek itu yang telah membuatnya kesal di pagi hari tadi.

         "Nak ... Nak ... oyy ... Nak ganteng," panggil penjaga perpustakaan yang membuyarkan lamunan Roberto.

        Roberto berdecak kaget dan menoleh ke penjaga perpustakaan. "Iya? Kenapa, Pak?" Tanya Roberto.

        "Kamu lagi ngelamunin cewek yang ada di sana ya?" Tanya penjaga perpustakaan dengan pandangannya tertuju ke Aurel.

         Roberto menoleh ke arah tujuan pandangan penjaga perpustakaan dan dilihatnya sekali lagi Aurel dengan senyum manisnya ke arah Roberto.

         Roberto tertawa kecil melihat Aurel dan menoleh lagi ke penjaga perpustakaan. "Kagak, Pak. Saya cuma lihat buku di sana kok rasanya cantik-cantik ya? Ehh maksudnya kok bagus-bagus ya?" Alibi Roberto.

        "Gak usah bohong deh sama bapak. Dulu ya bapak juga pernah muda, Nak. Jadi sudah tahu tandanya kalau orang lagi jatuh cinta," kata penjaga perpustakaan.

        "Jatuh cinta?" Tanya Roberto terkejut.

        "Ya, jatuh cinta. Nih, bapak rekomendasiin satu buku yang cocok buat orang seperti kamu," kata penjaga perpustakaan sambil mengambil sesuatu buku.

         Duh, apa Aurel tahu pembicaraan antara gue sama penjaga perpustakaan ini ya? Pikir Roberto sambil melirik ke Aurel di belakangnya. Pandangan Aurel sudah tertuju kembali pada buku di tangannya.

         "Nih novel yang pernah bapak baca dulu waktu bapak masih muda," kata penjaga perpustakaan sambil menunjukkan sebuah buku lusuh yang bercover warna abu-abu, terlihat seperti buku lama.

         "Gak usah deh, Pak. Saya gak terlalu suka sama sastra lama," kata Roberto.

         "Kamu belum baca sih nih novel. Novel ini dulunya best seller di jaman bapak masih SMA. Ya ... kira-kira 20 tahun yang lalu, tapi coba kamu baca deh! Di buku ini banyak kata-kata puitis yang bisa bikin baper," kata penjaga perpustakaan yang berusaha meyakinkan kalau buku itu bagus.

         "Nanti aja deh kalau mood saya lagi baik, Pak," kata Roberto.

        "Ada satu quotes di buku ini yang membuat bapak tertarik dengan novel ini."

         "Apa itu?"

         "Jatuh cinta itu tidak butuh alasan, tetapi untuk tetap mencintai itu yang butuh alasan."

          Roberto mulai bimbang. "Ya udah deh, saya pinjam dulu ya, Pak," kata Roberto sambil mengambil novel tersebut.

        "Ingat ya! Jaga baik-baik tuh novel! Kalau hilang, kamu tulis ulang semua isi novel ini!" Ancam penjaga perpustakaan.

       Roberto mengangguk mengerti dan memasukkan novel itu ke dalam tasnya.

       Roberto berbalik hendak keluar dari perpustakaan dan dilihatnya dari sela-sela jendela, banyak anak pada berlari ke bawah.

       Roberto mulai penasaran dan segera keluar dari perpustakaan. Roberto mengikuti kemana arah anak-anak ini pergi dan ternyata mereka semua menuju kantin.

       Wah, kantin lagi diskon besar-besaran mungkin ya? Pikir Roberto. Dia menyelinap melewati kerumunan anak-anak dan dilihatnya Rito dengan Dion yang saling mengancam.

    ***


Tbc


A/n:


Maaf ya kalau  jarang update karena lagi gak mood nulis seminggu ini :'(


Dan kalau  ada yang nanya masalah pemakaian kata 'elo-gue' kok gak konsisten, kadang pakai kata 'saya-kamu'.


Jawabannyalihat situasi dan pada siapa dia berbicara, ya guys :)


Last, author mau ngumumin kalau bakal update nih cerita setiap hari senin, rabu, dan sabtu kalau lagi gak sibuk :v dan badmood


So, stay tune, ya guys.


        

Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment