Cerita di blog ini

Hawaphobia: First Fall in Love (1.Hari Sial)

        Alergi? Apa yang ada dalam pikiranmu mengenai alergi? Mungkin dalam pikiran kalian akan terlintas jenis-jenis alergi yang ada, mungk...

Monday, July 11, 2016

Hawaphobia: First Fall in Love (4. Cemburu?)

"Jangan sekali-kali dekati Aurel lagi! Pokoknya hanya gue yang boleh dekati Aurel! Titik! Gak pake koma, apalagi tanda tanya," kata Dion sehabis menoyor perut dan pipi kanan Rito. Rito terhunyung di atas salah satu meja kantin.
"Bubar kalian semua!" perintah Roberto pada anak-anak yang mengerumuni dia.
Semua langsung membubarkan diri sambil berbisik-bisik mengenai perlakuan Dion pada Rito.
Dion duduk mendekati tubuh Rito dan mengangkat wajahnya yang membiru akibat pukulannya. Dion tersenyum kemenangan. "Sekali lagi kamu mendekati Aurel, gue bakal bikin lo keluar dari sekolah ini," ancam Dion. Dion langsung pergi dari tempat kejadian yang diikuti oleh teman-temannya.
Roberto dan Aurel segera menghampiri Rito setelah melihat Dion sudah pergi. "Rito, kamu gak apa, kan?" Tanya Roberto dan Aurel secara bersama-sama. Tangan kiri Roberto menyentuh tangan Aurel dengan lembut di atas perut Rito. Aurel memandang Roberto heran dan tampak segaris senyum manis pada wajahnya.
"Haciuhh! Haciuhh! Haciuhh!" Roberto langsung melepas tangannya dari tangan Aurel dan mengambil sehelai tissue di kantongnya.
Aurel makin heran dengan kelakuan Roberto, tapi dia cuek saja dan segera membantu Rito menuju UKS. Roberto berusaha menjauh dari mereka berdua dan menuju kamar mandi agar tidak terlihat gugup di depan Aurel.
Roberto bersandar pada pintu kamar mandi dan menarik nafas pelan untuk bisa menormalkan kembali irama jantungnya. Dia mengambil tissue kembali untuk mengeluarkan cairan yang keluar dari hidungnya.
Kenapa sih setiap melihat cewek itu bawaannya selalu gugup? Batin Roberto. Dia masih asyik untuk mengeluarkan ingusnya sampai hidungnya memerah. Roberto segera keluar dari kamar mandi dan membuang sampah tissuenya. Dia meraup mukanya di westafel dan melihat ke cermin. Dia teringat sesuatu bahwa dia meninggalkan Rito begitu saja tadi.
Segera Roberto pergi ke tempat kejadian tadi dan dilihatnya Rito sudah tidak ada di situ. Roberto berlari menuju UKS dan dilihatnya di balik jendela UKS. Aurel sedang mengompres pipi Rito dengan sehelai kain yang dikompres air dingin. Rito terus mengerang kesakitan sambil tersenyum tipis melihat ekspresi Aurel yang khawatir.
"Sini dong! Mau cepet sembuh atau gak?" Aurel menarik sisi kiri wajah Rito dan dihadapkan di depan wajahnya, hingga mereka saling memandang wajah satu sama lain dengan jelas.
Bullshit dengan namanya cinta. Batin Roberto. Roberto segera pergi dari UKS itu dan tidak mau lagi menggangu dunia mereka berdua. Dia membenarkan posisi kacamatanya dan hendak menuju parkiran.
"Cogan!" teriak Aurel yang membuat langkah Roberto terhenti di depan pintu UKS. Roberto mengedarkan pandangan di sekelilingnya untuk memastikan bahwa dia yang dipanggil atau orang lain.
Roberto menatap Aurel dan menunjukkan isyarat apakah dia yang dimaksud? Aurel mengangguk sambil tersenyum manis. Dia memasukkan kain di tangannya ke dalam wadah air dan menghampiri Roberto. Roberto pun segera mundur dua langkah karena dia tidak mau alerginya kambuh lagi.
"Tenang kok! Gue gak gigit," kata Aurel sambil tersenyum manja.
"Namamu siapa? Aku masih belum tahu siapa nama kamu?" Tanya Aurel sambil mengulurkan tangannya.
Roberto makin gugup dan tidak tahu harus berbuat apa. Seandainya kalau gue pegang tangan Aurel bisa-bisa alergi gue kambuh lagi. Batin Roberto.
"Namanya Roberto, dia teman gue sejak SMP," kata Rito dari belakang Aurel.
Aurel langsung menurunkan tangannya dan menoleh ke Rito. Roberto menghela nafas lega karena Rito sudah menolongnya.
"Roberto? Seperti nama mantan pacar gue," kata Aurel sambil tertawa.
Jleb!
Mantan? Jadi dia sudah punya mantan? Ya iyalah cewek secantik dia mana ada sih cowok yang gak suka. Bego banget sih. Pikir Roberto.
"Gue pulang dulu ya. Perut dah nangis nih gak diisi dari pagi tadi," kata Roberto sambil melambaikan tangannya dan berjalan menuju parkiran. Dia tidak mau terlibat dalam pembicaraan yang serius. Rito dan Aurel membalasnya hanya dengan senyum kecil dan tatapan bingung.
***
Malam itu, Roberto berbaring di buku sedang asyik membaca buku yang dipinjamkan oleh penjaga perpustakaan tadi sore. Dia memberi batas halaman dan menutup buku itu. Dia sudah tidak bisa fokus lagi untuk membaca. Dalam pikirannya selalu teringat dengan Aurel.
Dia membuka Hp androidnya untuk stalking instagram Aurel seperti kelakuannya sejak SMP. Tapi nama Aurel kan banyak? Pikir Roberto mengurungkan niat stalkingnya. Dia membuka chat line Rito.
Roberto: To! Lo tahu gak siapa nama panjang Aurel?
Rito: Hah! Nama panjang Aurel?
Roberto: Iya
Rito: Tanya sendiri lah :p
Roberto: Gue kan hawaphobia
Rito: Ngapain lo? Kesambet setan apa kok nanya nama cewek sama gue?
Roberto: Kesambet siluman kera sakti -_-
Rito: wkwkwkwk
Roberto: SERIUS!!! Namanya siapa?
Rito: Aurel Kera Sakti :P
*Roberto ngambek*
Roberto mematikan layar linenya dan bangkit dari posisi berbaringnya. Dia sudah malas untuk stalking instagram Aurel.
***
Esoknya, Roberto berjalan melewati kelas-kelas yang ada di koridor lantai tiga. Dia asyik membaca bukunya dan headset terpasang di telinga kirinya.
"Ada murid baru nih, cantik lagi. Goda, bos!" teriak salah satu murid laki-laki pada Roni. Roni tersenyum melihat Aurel berjalan di hadapannya.
Langkah Roberto terhenti ketika mendengar perkataan itu. Dia menutup bukunya dan Aurel berjalan ke arahnya dari jauh. "Cewek, sendirian ya? Sini gue temenin," goda Roni sambil menghalangi jalannya Aurel.
"Minggir gak!" Aurel mendengus kesal. Aurel berjalan ke sisi sebelah kanan jalan, namun Roni menghalanginya. Aurel berjalan ke sisi sebelah kiri jalan, namun Roni juga menghalanginya seperti mereka berdua lagi main gobak sodor.
"Mau lo apa sih?"
"Mau gue? Boleh gak kalau malam minggu ini kita jalan bareng?"
"Apa? Jalan bareng? Kenal aja belum."
"Ya udah kalau gitu kita kenalan dulu sekarang," kata Roni sambil mengulurkan tangannya. Dion berdehem dari belakang Aurel.
"Jangan lo ganggu pacar gue!" ancam Dion pada Roni.
Aurel terkejut dan segera membalikkan badannya. Dia mendongak melihat wajah Dion dengan senyum sinis di raut wajah Dion.
"Pa ... car?" tanya Aurel bingung.
Dion hanya menunduk untuk melihat Aurel dan tersenyum padanya. Aurel langsung menampar pipi kiri Dion.
"Ehm ... sorry ya. Entah kenapa kalau lo ngomong gitu, rasanya tangan gue suka banget ninggalin jejak di pipi lo," kata Aurel sambil meninggalkan Dion dan Roni.
Dion mengelus pipinya dan menatap kesal pada Roni yang mentertawainya. Dia segera masuk ke kelas menghampiri Aurel, tapi Aurel cuek saja.
Aurel meletakkan tasnya di bawah kursi dengan kasar dan duduk di bangkunya. Dion terus meminta maaf pada Aurel, tapi Aurel cuek saja. Aurel fokus pada Hp yang dia pegang, tanpa mendengarkan satu katapun dari Dion.
Dion langsung mengambil Hp Aurel dan menyembunyikan di balik punggungnya.
"Kembalikan gak Hp gue!" Aurel berusaha meraih Hp yang ada balik punggung Dion. Aurel melingkarkan kedua tangannya di perut Dion dan berusaha mengintip di balik punggung Dion agar dia bisa melihat dimana Hpnya disembunyikan.
Aurel memukul tangan Dion kesal dan dibalas tawa keras dari Dion. Tiba-tiba Roberto berdehem yang membuat mereka terkejut. Aurel segera melepaskan kedua tangannya dari tubuh Dion.
"Kenapa lo liat-liat?" tanya Dion dengan kasar.
Roberto cuek saja dan langsung menuju bangkunya. Perasaannya begitu aneh ketika melihat Aurel dan Dion seperti itu.
***
Pulang sekolah, seperti biasa Roberto, Rito, Dicky, Yosua duduk bersama di kanin. Mereka semua menikmati wifi kantin yang super cepat untuk download sesuatu. Jangan tanya mereka lagi download apa!
"Bro, liat nih gue dapat armor nih dari Naren," kata Yosua sambil menunjukkan Hpnya pada Dicky.
"Biasa itu, gue nih dapat armor sama shield gak sombong kaya lu," jawab Dicky dingin.
Roberto dan Rito masih asyik dengan laptop Rito. Mereka masih asyik main monopoli.
"Roberto!" kata Dion yang tiba-tiba ada di sebelah kanan Roberto. Roberto menoleh ke arah datangnya suara dan melihat Dion tersenyum sinis.
"Gue mau selesaikan perkara kemarin," kata Dion sambil memberi isyarat ke Kiki. Kiki langsung muncul di belakang Dion sambil menggandeng tangan Aulia.
"Kemarin katanya lo gak alergi sama wanita. Sekarang gue mau buktikan itu semua," kata Dion sambil mengedarkan pandangan ke seluruh kantin. "Semuanya lihat nih Roberto mau buktikan ke kalian semua kalau dia bukan seorang hawaphobia," Teriak Dion pada semua anak yang di kantin.
Dion kembali menoleh ke Roberto dan tersenyum puas melihat raut wajah Roberto yang takut.
***
Tbc
A/n:
Hi para manusia, maaf ya lama updatenya :(
But, gimana dengan part yang ini, apa makin seru atau lebih membosankan?
See you next part ^^
Jangan lupa votenya ya :)

Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment