Semua Hanyalah Skenario 
by: Albert I.T.
inspired by: Urban Zakapa- I don't Love You
"Hurry up!!!" teriak salah satu stage manager yang mengurus jadwal keluar masuk artis dengan anak buahnya.
"Bintang tamu kita dimana sekarang?" tanya stage manager tersebut dengan terburu-buru. Pantas saja jika dia panik karena sudah sepuluh menit acara talkshow dimulai, tapi bintang tamu acara tersebut masih belum masuk ke dalam acara atau mungkin belum siap-siap.
"Ehh ... mereka berdua ada di ruang make-up artist, Bos," jawab anak buahnya yang terkesan santai. Hendro--Stage manager acara talkshow malam ini--mendengus kesal dan berlari menghampiri ruang make-up artist yang berada di ujung lorong.
Dengan cepat Hendro membuka pintu ruang make-up artist tersebut dan melihat bintang tamunya--Stella--masih berdiri mematung menghadap jendela besar di ruangan tersebut agar bisa melihat pemandangan kota Jakarta di malam hari.
Balutan gaun warna putih menutupi tubuh Stella dari bahu sampai lutunya, terkesan sederhana bagi siapa saja yang melihatnya. Hendro langsung berdeham yang sukses membuat Stella menoleh ke arah suara.
"Kenapa kamu masih ada di sini?" tanya Hendro dengan lembut. "Kemana Joseph?"
Tak lama dari itu Joseph keluar dari kamar mandi dengan Balutan jas hitam dengan kemeja biru menutupi tubuhnya.
Hendro langsung menepuk tangannya dan merangkul kedua bintang tamu acara talkshow malam ini. "Okay langsung to the point aja ya," kata Hendro dengan semangat dan lega. "Kalian sudah tahu kan bagaimana acara talkshow malam ini?" tanyanya.
Stella dan Joseph hanya saling pandang sambil sekali-kali senyum merekah di antara mereka. "Baik penonton sekarang hanya butuh yang namanya sensasi, okay? So aku harap kalian bisa membuat atau bikin sensasi romantis yang bisa bikin para penonton bakal baper banget dengan kisah asmara kalian," jelas Hendro sambil memainkan jari-jarinya. "Ingat! Sensasi romantis yang paling baper deh. Kita tidak mementingkan apa kalian benar-benar suka satu sama lain. Namun yang paling kita tunggu adalah rating kami bisa naik dengan menjual kisah romantis kalian berdua," lanjut Hendro sambil membenarkan kerah kemeja Joseph.
Tak ada percakapan berarti di antara mereka bertiga setelah itu. Ya inilah Stella dan Joseph adalah salah satu pasangan remaja atau seorang artis yang kini sedang naik daun karena kisahnya asmaranya yang bikin baper, terutama para kaum wanita.
"Okay, good luck!" kata Hendro sambil menepuk pipi Joseph dua kali. Joseph hanya tersenyum sinis dan melewati tubuh Hendro dengan santai.
Stella mendekati Hendro dengan mulut yang ingin mengeluarkan sepatah kata. "He didn't love me perfectly," kata Stella. Perlahan tapi pasti air mata mulai menetes dari kelopak mata Stella.
"Apa perlu aku meninggalkan dunia agar dia mencintai aku?" tanya Stella dengan Isak tangis yang makin menjadi-jadi. Dengan cepat, Hendro memeluk Stella dan berusaha menenangkan Stella.
"Enough, jangan nangis kayak gini lagi. Masa beginilah Stella yang aku kenal sejak SD? Aku tahu kau adalah wanita yang jauh tegar daripada tangisannya itu. Yakinkanlah pada dia kalau kamu adalah wanita yang pantas untuk dirinya," nasihat Hendro. Stella langsung mengangkat wajahnya dan tersenyum di antara linangan air mata di wajahnya.
"Baiklah, aku akan meyakinkannya," kata Stella dengan bersemangat. Setelah itu dia menepuk pipi Hendro tiga kali, lalu berlari menyusul Joseph.
***
Acara talkshow dimulai selama beberapa menit. Jika di depan kamera, mereka berdua terlihat berbeda. Mereka sukses menyembunyikan rasa kecewa, patah hati, ataupun terpaksa di antara mereka berdua. Bahkan ada satu kejadian yang tidak terduga dan membekas bagi siapapun yang melihatnya, termasuk mereka berdua.
Tiba-tiba saja Joseph memeluk dan mencium kening Stella yang sukses membuat kaum wanita berteriak histeris melihatnya. Jantung Stella makin berdebar-debar tak karuan, tapi itu semua hal yang biasa bagi Joseph.
Pandangan Joseph justru terkunci pada salah satu gadis berseragam SMA yang duduk di barisan bangku penonton dengan menggenggam tangan laki-laki di sebelah kirinya yang terlihat lebih tua darinya.
"Ini semua hanyalah Skenario. Ingatlah itu!" bisik Joseph di dekat telings Stella. Mendengar hal itu, Stella meneguk ludahnya sendiri, dia merasa ada sebuah belati yang tertancap di rusuknya saat ini.
Joseph melonggarkan pelukannya agar Stella bisa bergerak bebas kembali setelah kejadian tak terduga tersebut. Stella berusaha mengatur ritme napasnya kembali dan melihat arah pandangan Joseph. Stefani, panggil Stella dalam hati ketika melihat gadis yang dilihat oleh Joseph atau lebih tepatnya gadis yang disukainya.
Sebuah senyum sinis terpatri di wajahnya. Dia tidak menyangka betapa bodohnya laki-laki yang berdirinya di sampingnya kini, mungkin juga dirinya. Mencintai seseorang yang tidak pernah memberi celah hatinya sedikitpun untuk kita.
***
Seminggu telah berlalu dengan kejadian paling tak terduga, tapi sukses membuat perasaan Stella makin teriris mengingat kejadian tersebut. Dia tahu bahwa itu semua hanya pura-pura, apalagi membayangkan wajah Stefani--gadis yang disukai Joseph--yang begitu bahagia dengan kekasihnya.
Sehabis syuting, Stella pulang ke apartemen yang tidak jauh dari lokasi syuting. Sepinya jalanan malam berhiaskan lampu-lampu kota dan dinginnya malam menjadi pendukung suasana baginya untuk meluapkan segala emosinya. Satu hal yang dia inginkan saat ini adalah segera merendam tubuhnya dalam-dalam di air hangat sehabis ini.
Mata Stella mulai berkaca-kaca mengingat kejadian satu Minggu yang lalu. Pandangannya mulai kabur, bahkan dia merasa tidak risih dengan pandangan orang-orang di sekelilingnya. Dia tetap berjalan dengan santai seakan-akan dia adalah manusia biasa di luar kamera.
Tak lama dari itu, beberapa fans yang melihat Stella berjalan di trotoar langsung mengerumuninya. Mereka banyak bertanya-tanya mengenai hubungannya dengan Joseph, tak sedikit pula yang meminta foto dengannya. Namun, Stella memilih diam saja dan terus berjalan.
Sepersekian detik kemudian terdengar suara dentuman keras dari pistol yang dipegang oleh seorang gadis dari kejauhan. Semua yang tadinya mengerumuni Stella langsung melarikan diri dan berteriak histeris. Berbeda dengan Stella yang langsung tersungkur dan menutup matanya dengan lemas.
Stella mencoba sedikit tenaga untuk membuka matanya kembali agar dia bisa melihat apa yang terjadi sesungguhnya. Alangkah terkejutnya dia melihat Joseph terkapar di depannya dengan semburat darah keluar dari perutnya.
"Joseph!!!" Dengan cepat Stella langsung menopang kepala Joseph dan menutup luka pada perutnya dengan sebuah kain. Stella menepuk pipi Joseph berkali-kali, berharap laki-laki di dekapannya itu membuka matanya.
"God, you're beautiful," kata Joseph dengan sisa tenaga yang bisa dia keluarkan. "You're different, My girl. Aku adalah laki-laki bodoh yang terlalu mengharapkan kesempurnaan seorang wanita, padahal diriku juga tak sempurna," ucap Joseph.
Air mata yang tadinya bersarang dalam kelopak mata Stella langsung mengalir deras di pipinya.
"I don't love your appearance, but I love your heart. Kamu tahu bahwa aku mencintai Stefani, tapi aku melihat kamu berbeda dari gadis yang aku cintai sendiri," ucap Joseph.
Tangan kiri Joseph berusaha meraih pipi Stella dan tersenyum hangat pada dirinya. Tak lama pula, Stella langsung menggenggam tangan Joseph yang berada di pipinya saat ini. "Don't cry! Aku tahu kalau kamu adalah wanita yang jauh lebih kuat dibandingkan tangisanmu itu," kata Joseph berusaha menenangkan hati Stella.
"Do You love me?" tanya Joseph dengan suara yang berat. Mendengar pertanyaan itu Stella langsung mengangguk yakin dan tersenyum.
"I love You too," balas Joseph sambil tersenyum. "Memang kisah asmara kita adalah Skenario yang buruk, tapi inilah Skenario terburuk yang pernah aku buat," ucap Joseph sukses membuat Stella bingung.
Joseph mengubah posisinya menjadi duduk dan melepas lain-lain berwarna merah darah dari perutnya. Stella makin mengerutkan keningnya dan menatap sekelilingnya dengan tautan tak percaya.
Ternyata ini adalah Skenario yang dirancang kan oleh Joseph agar dia bisa mengungkapkan perasaannya akhir-akhir ini pada Stella sejak acara talkshow kemarin, tapi terlalu gengsi untuk mengungkapkannya.
Joseph langsung memeluk Stella dan mendekatkan bibirnya pada telinga Stella. "I don't love your appearance, but I love your heart," kata itulah yang menjadi populer di kalangan fans Joseph maupun Stella.
